Di awal bulan Juli 2010, teman saya yang memang profesinya adalah di  bidang video digital, mengunggah video buatannya sendiri ke situs  Youtube, lalu memberitahukannya ke milis yang saya ikuti. Videonya  dibuat dari kantornya yang terletak di lantasi atas sebuah rumah  bertingkat Kemang, menyorot lalu lalang kendaraan di jalan lalu panning  ke langit memperlihatkan konvoi sekelompok kapal luar angkasa Star  Destroyer dari saga fiksi ilmiah Star Wars karya George Lucas. Saya  hanya melihatnya sepintas dan berpikir isengnya orang yang jago membuat  video digital ya begini ini.
Namun apa yang terjadi tidak berapa  lama kemudian? Terjadi kehebohan yang berawal dari internet, lalu ke  media konvensional, berjudul “UFO di atas Kemang.” Saya takjub hal  sepele seperti ini bisa dibahas nyaris selama seminggu di berbagai  stasiun televisi! Pakar dari LIPI sampai diminta pendapatnya apakah  video ini benar terjadi atau cuma rekayasa. Bagi orang-orang yang  mengaku pernah menonton film Star Wars, seharusnya dengan sangat mudah  tahu bahwa ini cuma video iseng belaka. Namun sayangnya, ada saja orang  yang saat diwawancara oleh media online malah mengaku sudah pernah  nonton Star Wars dan tidak pernah melihat pesawat angkasa seperti ini.  Doh!
Perdebatan yang terjadi di forum internet yang mengangkat  bahwa itu adalah Star Destroyer dari film Star Wars jumlahnya kalah  banyak ketimbang yang membahas mengapa mereka yakin bahwa itu adalah  video hasil rekayasa, mulai dari warga Kemang yang merasa tidak pernah  melihat hal yang aneh di langit, sampai ada yang menunjukkan sedikit  cacat editing pada video itu. Benar-benar membuat saya geleng kepala.
Dari peristiwa ini, saya menarik kesimpulan sederhana, bahwa pada  dasarnya memang masyarakat Indonesia, walaupun sudah tinggal di  perkotaan dan sudah terpapar ke internet, masih belum menyukai fiksi  ilmiah, sehingga pada tidak tahu bahwa itu heboh “UFO di atas Kemang”  itu sebenarnya hanyalah compositing antara adegan armada Star Destroyer  di film Star Wars dengan rekaman amatir suasana Kemang. Ditambah lagi  blow-up sensasional dari media mainstream konvensional yang jangkauannya  jauh lebih luas, lengkaplah sudah kehebohan ini, seperti kutipan dari  Shakespeare: much ado about nothing. Setiap stasiun TV seakan berlomba  agar menjadi paling pertama menyiarkan hal ini, dan ini juga berlaku  untuk setiap orang yang menyebarkan kehebohan sekaligus bertanya-tanya  apakah video ini benar atau cuma rekayasa. Menyedihkan.
Memang  tidak dapat dipungkiri, seperti tulisan saya sebelumnya, fiksi ilmiah  memang masih sangat sedikit penggemarnya di Indonesia. Jika ada fiksi  ilmiah yang populer di Indonesia, itu pasti fenomenal juga di dunia,  contohnya seperti X-Files, yang memang merupakan perpaduan fiksi ilmiah  dan misteri. Masih banyak yang tidak tahu apa itu Star Wars, apa itu  Star Trek, dan apa beda dari keduanya. Saya bahkan bisa menghitung  dengan jari berapa banyak teman dan kenalan saya yang ‘heboh’ menunggu  kelanjutan serial televisi Fringe, yang memang season ketiga akan  dilanjutkan bulan Agustus 2010 ini.
Akhir kata, teman saya curhat  ke milis, kapok bikin video seperti itu lagi. Kantornya didatangi  stasiun TV swasta, lalu masuk ke ruangannya, dan berusaha mengambil shot  yang sama. Ditambah setelah itu dia ditegur oleh bosnya, padahal dia  baru saja pindah tempat bekerja. Sebenarnya teman saya itu tidak salah  juga, hanya saja Indonesia memang belum siap menikmati fiksi ilmiah.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar