Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Utara (Sulut) meminta warga  mewaspadai isu irasional yang saat ini berkembang seperti pok pok atau  hantu jadi-jadian di Manado dan harimau siluman di Kalimantan Selatan.  
"Terhadap isu pok pok dan harimau berburu perempuan, kami minta  masyarakat waspada dengan gaya provokasi baru seperti ini," ujar  Sekretaris MUI Sulut, Dr. H. Taufiq Pasiak, M.Pd.I., M.Kes di Manado,  Senin.
Pok Pok konon muncul di kompleks Titiwungen, Kecamatan Sario,  Manado. Pok Pok konon memburu orok atau anak kecil sehingga membuat  warga yang mempunyai anak balita berjaga-jaga. Isu ini membuat perasaan  warga setempat tidak tenang.
Sementara itu sudah satu bulan terakhir warga Barabai, Kabupaten  Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, resah dengan maraknya isu  hantu yang berwujud harimau yang mencakar warga.
Akibat isu tersebut, sejumlah kampung di beberapa desa melakukan ronda malam massal.
"Kami minta masyarakat untuk waspada, jangan cepat mengambil  kesimpulan, teliti dan cermati baik-baik dan selalu membangun dialog dan  komunikasi," katanya.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Manado ini mengatakan isu pok pok  dan harimau jadi-jadian membuat keresahan kelompok dan kecurigaan  antarwarga terhadap dukun pok pok atau dukun jadi-jadian sehingga  terjadi pembunuhan terhadap pihak yang dicurigai.
"Seperti kasus dukun santet di Banyuwangi dulu. Dukun dibunuh,  kelompok dukun kemudian bereaksi sehingga terjadi konflik horisontal,  kemudian beralih ke etnis atau agama. Pelakunya etnisnya apa, agamanya  apa. Seperti inilah distribusi konfliknya, karena itu perlu waspada,"  katanya.
Sementara warga setempat Adam Jifly mengatakan modus yang dipakai  Portugis waktu masuk ke daratan Maluku Utara dan sebagian Sulawesi Utara  dan Timor ketika itu memecah belah dengan isu mistik yang  ujung-ujungnya konflik horizontal.
"Sampai hari ini di Tidore dan Ternate masih tertinggal dan kental isu `warisan` tersebut di tengah masyarakat awam," katanya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar