JAKARTA--Hasil riset penghantar listrik berbahan gelas ionik diminati  banyak pihak di luar negeri karena dinilai bisa menjadi bahan baku  baterai isi ulang yang lebih baik pada berbagai peralatan elektronik  masa kini. "Banyak pihak dari luar negeri yang menyatakan minat dan  ingin bekerja sama soal riset ini," kata ilmuwan dari Badan Tenaga  Nuklir Nasional (BATAN) Dr. Evvy Kartini di sela International  Conference Materials Science and Technology (ICMST) 2010 di Puspiptek,  Serpong, Rabu.
Bahan gelas, urainya, bukanlah penghantar listrik, namun gelas bisa  menjadi konduktor ionik dengan meningkatkan kualitasnya dengan teknik  hamburan netron, sehingga bisa menjadi bahan komponen baterai. Baterai  biasanya berbahan baku timbal (Pb), Kadmium (Ca), Nikel (Ni) dan  lain-lain yang berbahaya bagi kesehatan dan tak ramah lingkungan, namun  baterai dengan bahan gelas selain tak berbahaya bagi kesehatan juga  lebih ramah lingkungan, ujar pakar dengan spesialisasi "neutron  scattering techniques for solid state ionics" itu.
Menurut dia, riset tentang penghantar listrik berbahan gelas  sebenarnya sudah ada di sejumlah negara maju, namun caranya berbeda,  karena cara yang ditemukannya jauh lebih sederhana dan murah namun  menghasilkan kualitas yang sama. Ditanya cara membuat gelas konduktor  superionik tersebut, ia menjelaskan, bahan campuran gelas itu dipanaskan  pada suhu 800 derajat Celcius hingga meleleh lalu dengan cepat  didinginkan lagi.
"Dalam gelas itu terbentuk ion-ion (sekumpulan atom yang bermuatan  listrik -red) yang berasal dari bahan-bahan yang dicampurkan itu yakni  perak (Ag), lithium (Li) atau tembaga (Cu). Dengan begitu konduktivitas  gelas itu meningkat," katanya sambil mengaku masih terlalu sibuk untuk  mematenkan hasil risetnya.
Penghantar listrik berbahan gelas ini ke depan, lanjut dia, dibuat  ke arah baterai film tipis dengan ketebalan seukuran mikron yang  digunakan pada "smart card" atau pada chip. Evvy mulai dikenal ketika  menemukan model baru difusi dalam material gelas, lalu ia melanjutkannya  dengan berbagai penelitian dari bahan gelas dengan metode teknik  hamburan neutron.
Kini ia mampu menghasilkan gelas konduktor ionik dengan daya yang  lebih besar dibanding baterai yang ada saat ini. Alumni jurusan Fisika  Institut Teknologi Bandung itu berharap, suatu saat Indonesia bisa  memproduksi baterai hasil temuan para penelitinya, berhubung di zaman  modern ini baterai isi ulang semakin tak bisa dilepaskan dari aktivitas  sehari-hari.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar