 Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Keberadaan Gunung Bromo dengan lautan pasirnya yang fenomenal sudah  cukup lama dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di  Indonesia. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung pada Pegunungan  Tengger. 
Dengan  ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, panorama elok terpancar  saat memandang pesona alam yang tidak akan pernah ada habisnya. Gunung  Bromo berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti Brahma atau seorang  dewa yang utama dan terletak dalam empat wilayah, yakni Kabupaten  Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. 
Daya  tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di tengah dengan lautan  pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo, mengepulkan  asap putih. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai  dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. 
Gunung  Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter  (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah  bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.  Ketinggian yang relatif “rendah” untuk ukuran gunung membuat perjalanan  menuju Gunung Bromo relatif mudah. 
 Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Dari  puncak gunung berapi yang masih aktif ini, Anda bisa menikmati hamparan  lautan pasir luas, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang  menjulang menggapai langit. Anda juga bisa menatap indahnya matahari  beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja  dari punggung bukit Bromo. 
Untuk melihatnya, Anda harus menaiki  Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan  yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan cukup berat. Untuk  menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai  gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung  Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam, tentu  membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. 
Untuk itu, banyak  pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang  dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari  suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung. Sampai di atas, ada  banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk  menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula  toko yang menyewakan pakaian hangat. 
 Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Menyaksikan  terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya,  para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur  agar tidak kehilangan momen ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat  peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak  terlihat secara jelas. 
Namun, saat langit cerah, Anda dapat  melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek  api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan  memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung  yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau  Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. 
Sejarah  terbentuknya Gunung Bromo dan gunung-gunung yang ada di sekitarnya  berawal dari keberadaan Gunung Tengger (4.000 mdpl) yang merupakan  gunung terbesar dan tertinggi saat itu. 
Kemudian terjadi letusan  dahsyat yang menciptakan kaldera dengan ukuran diameter lebih dari 8  kilometer. Material vulkanik letusan gunung sekarang berubah menjadi  lautan pasir, konon material tersebut pernah tertutup oleh air.  Aktivitas vulkanik dengan munculnya lorong magma mengakibatkan  terbentuknya gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Gunung Widodaren,  Gunung Batok, Gunung Watangan, Gunung Kursi dan Gunung Semeru. 
 Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Bromo  memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan panorama gunung  lainnya. Di sekitar Bromo hingga puncak tidak ditemui tanaman hijau  selain semak belukar. Gunung Bromo yang masih terdapat dalam Taman  Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu-satunya kawasan  konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa lautan pasir  seluas 5.250 hektare. 
Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda  tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda  dengan harga Rp 70 ribu atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih  berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal  yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu  yang beterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat. 
Dari  kaki gunung fenomenal itu, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya  mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo.  Sesampainya di puncak Bromo , Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang  mengeluarkan asap. 
Anda juga dapat melayangkan pandangan ke  bawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya.  Setelah berlama-lama di puncak, apabila pelancong sudah merasa  kelaparan, di bagian bawah Bromo terdapat warung-warung yang menjajakan  gudeg, mie instan, air mineral dan jajanan murah. . 
Selain  menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru,  apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan  Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini  biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan  purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut  penanggalan Jawa. 
 Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga
Upacara  Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau  meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan  cara mempersembahkan sesaji dan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo.  Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai  menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah,  sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa. 
Ada beberapa  tips yang perlu Anda perhatikan saat ke kawasan Gunung Bromo antara  lain, Berkunjunglah pada musim kemarau, jangan musim penghujan, sehingga  anda akan mendapatkan momen pemandangan yang sempurna. Siapkan pakaian  pelindung dingin, seperti kerpus, slayer, syal, sarung tangan, jaket,  dan jangan lupa sepatu karena cuaca disini cukup dingin. Bawalah juga  kacamata untuk pelindung dari debu pasir selama di Segoro Wedi. Jangan  berada di kawah Bromo di atas pukul 9 pagi untuk menghindari risiko  keracunan. 
Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan  taman nasional Bromo Semeru ini yaitu: Desa Cemorolawang jika melalui  jalur Probolinggo, Desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, Desa Ngadas  dari jalur Malang dan Desa Burno adalah jalur Lumajang. 
Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: 
- Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, 
- Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km 
- Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km