Jumat, 30 Oktober 2009

Ranulph Fiennes: Sang Penakluk 2 Kutub Bumi


Membaca riwayat hidup tokoh ini, segera saya menyadari bahwa ia telah mampu menembus batas-batas fisik manusia. Prestasinya luar biasa dan terukir abadi sebagai salah seorang petualang dan penjelajah terhebat yang pernah ada. Ia adalah Indiana Jones di dunia nyata. Dan saya jadi ingat lagi keterbatasan saya: masalah fisik. Meski dianugerahi tubuh yang bisa dibilang proporsional bahkan tinggi-tegap, kekuatan fisik saya jelas tak ada seperseribunya Fiennes.


Ya, karena lelaki inilah yang bersama rekan setimnya Oliver Shepard dan Charlie Burton sebagai manusia pertama yang mengelilingi bumi melewati kedua kutubnya. Perjalanan amat berat sejauh 110.000 mil atau sekitar 200.000 km untuk menuju tempat dengan kondisi paling ekstrem. Disebut ekstrem karena dalam kondisi ‘normal’ saja suhu di wilayah kutub mencapai -50 o C (minus lima puluh derajat Celcius. Sekadar bandingan, suhu rata-rata di Indonesia adalah 30 oC. Tentu Anda masih ingat pelajaran fisika dasar bahwa air membeku pada suhu 0 oC. Akan tetapi, itu belum seberapa. Karena apabila terjadi badai yang biasanya disertai angin kencang, suhu di kutub bisa drop hingga -84o C bahkan lebih.

Belum lagi di kutub selatan matahari sering tidak muncul. Harap diingat kalau di ‘bagian bawah’ planet Bumi itu kerap rotasi bumi terjadi dalam posisi miring menjauhi matarahi. Tentu kondisi itu memperparah iklim di sana. Karena itulah di kutub selatan tidak ada satu pun manusia yang tinggal. Sementara di kutub utara masih ada suku Eskimo yang mendiami wilayah paling ‘brrr’ di bumi itu.

Sebelum memulai ekspedisi, mereka lebih dulu menggalang dana selama tujuh tahun. Di saat itulah Ralph dan rekan-rekannya berlatih di gunung es Greenland yang dianggap mirip. Setelah berlatih di tahun 1976, tahun berikutnya ia bersama lima rekan termasuk istrinya sempat mencoba melakukan ekspedisi ke kutub Utara, namun gagal. Sampai akhir tahun 1977, Fiennes akhirnya berhasil mengumpulkan 1.500 sponsor dengan peralatan seberat 60 ton untuk ekspedisi besar tersebut. Direncanakan ekspedisi akan dimulai tahun 1979 dengan 30 orang anggota tim.

Di sore hari tanggal 2 September 1979, rombongan tersebut dilepas oleh Pangeran Charles. Rombongan tersebut menaiki kapal Benjamin Bowring dan berangkat dari pelabuhan Greenwich. Karena dipimpin oleh Fiennes yang warga negara Inggris, maka Pangeran Charles berkenan melepas karena bagaimanapun nantinya mereka membawa nama Inggris. Selain melalui jalan laut, tim inti justru mengambil jalan darat menggunakan tiga unit jeep Land Rover melalui rute melintasi Eropa hingga sampai ke Gurun Sahara dan berujung di Afrika Barat.

Begitu mencapai Spanyol, dua rombongan itu akan bergabung lantas menaiki kapal ke Aljazair. Lantas menempuh jalan darat lagi hingga Pantai Gading. Di sana, rombongan sudah ditunggu kapal dan diantarkan ke Cape Town. Perjalanan terus dilakukan hingga menuju Antartika.

Di tanggal 4 Januari 1980, kapal mencapai areal kutub. Akan tetapi, belum dapat sampai ke titik selatan kutub. Malah, 3 orang anggota ekspedisi tumbang dalam 11 hari pertama dan harus ditarik mundur. Rombongan yang tersisa harus bertahan melawan dinginnya cuaca. Shelter atau camp dibuat dengan cara melubangi perbukitan es. Ini karenat tenda biasa akan hancur diterjang angin kencang.

Bulan demi bulan dilalui tanpa perbaikan kondisi cuaca. Rombongan bertahan dalam lubang di bukit es yang digali selama dua bulan dengan panjang hanya sekitar 125 meter saja. Barulah di bulan Oktober matahari muncul dan bersinar, menandakan perubahan cuaca. Sejak sampai di kawasan Antartika pada bulan Januari, ekspedisi baru berhasil menjejakkan kaki sepenuhnya di Kutub Selatan pada 15 Desember 1980.

Setelah berhasil mencapai tujuan pertamanya, pada 23 Desember 1980 rombongan segera bertolak ke Utara, menuju Kutub Utara. Rute yang dipakai melalui Selandia Baru, melewati Sydney di Australia, lalu langsung ke Los Angeles di Amerika Serikat. Tak berhenti, rombongan meneruskan hingga ke Vancouver di Kanada, dimana di sinilah terletak perbatasan dengan Alaska. Memasuki kawasan kutub Utara, rombongan ekspedisi menyusuri sungai Yukon mencapai Samudera Arktik. Dalam perjalanan ini, tim Fiennes sempat bertamu ke pemukiman bangsa Eskimo di Tuktoyaktuk pada 24 Juli 1981.

Tepat pada hari ke-750 ekspedisi besar itu dilangsungkan, yaitu tanggal 26 September 1981, Fiennes menjadi ragu akan keberhasilan misi mereka. Apalagi ia pernah gagal mencapai kutub Utara di tahun 1977. Pertolongan datang di saat tepat berupa kedatangan istrinya Ginnie atau Virginia. Pangeran Charles juga mengontak melalui radio dan memberikan semangat. Putra mahkota kerajaan Inggris itu sekaligus juga memberitahukan ada rombongan ekspedisi Norwegia yang sedang menyusul tim Inggris tersebut. Ekspedisi Norwegia dipimpin oleh Erling Kagge, ‘musuh bebuyutan’ Fiennes yang berambisi menjadi orang pertama yang sampai ke kutub Utara tanpa bantuan. Pengertian tanpa bantuan di sini adalah tanpa sokongan atau supply bahan pendukung dari dunia luar selain yang dibawa oleh tim.

Rombongan ekspedisi Fiennes harus berjuang menembus medan es yang membeku hingga kapal yang mereka gunakan tak mampu lagi berlayar lebih jauh karena kepadatan es tak terpecahkan. Tiga orang anggota tim inti (Fiennes, Shepard dan Burton) kemudian turun dari kapal pada 13 Februari 1982 dan meneruskan perjalanan dengan mobil khusus es dan berjalan kaki. Barulah pada tanggal 10 April 1982 ketiga orang itu berhasil mencapai kutub Utara, tepat pada pukul 23.30 GMT (Greenwich Meridien Time). Maka, tercapailah rekor baru atas nama ketiganya.

Setelah berkemas, keseluruhan anggota tim kembali mendarat di pelabuhan Greenwich pada 29 Agustus 1982. Mereka disambut oleh Pangeran Charles. Di kemudian hari mereka bertiga akan dianugerahi “Medali Kutub” oleh Ratu Elizabeth II sekaligus diangkat sebagai bangsawan kehormatan dan berhak memakai gelar “OBE” (Order of the British Empire).

Fiennes masih akan melakukan beberapa ekspedisi lagi pasca keberhasilannya itu, walau secara resmi ia menyatakan pensiun pada 1983. Hal itu karena usai ekspedisi besar tersebut ternyata ia berhutang lebih dari 23.000 pound atau sekitar Rp 300 juta. Meski mendapatkan ketenaran, namun secara material ia tidak mendapatkan apa-apa.

Maka, ketika ada milyarder Inggris Dr. Armand Hammer menawarinya pekerjaan, dengan segera Fiennes menyambarnya. Karir di perusahaan tersebut membawanya menjadi Wakil Presiden Hubungan Masyarakat di Occidental Petroleum Corporation, perusahaan milik Hammer. Walau sudah menjadi eksekutif, toh ia masih sempat pula menjelajah tempat-tempat yang tak mampu dijangkau manusia lain. Seperti di tahun 1992 saat ia kembali ke kutub Selatan bersama Dr. Mike Stroud. Kini, ia menjadi motivator dan telah menulis sejumlah buku laris berdasarkan petualangannya.

Bagi saya, keberhasilannya menjelajahi alam liar bukan sekedar menaklukkan alam belaka, tapi ia berhasil menaklukkan batas-batas manusia. Ia telah membuktikan dirinya melampaui ambang kemampuan manusia lain. Dan itu membuatnya layak dijadikan tokoh inspiratif.

Tidak ada komentar: