Jumat, 30 Oktober 2009

Albino Tanzania Hidup Dalam Neraka

Kepanikan melanda orang albino Tanzania. Dalam kurun waktu satu tahun, lebih dari 70 orang albino dibunuh. Sudah dari dulu, mereka hidup dalam kesulitan. Tapi sejak beberapa tahun belakangan tukang sihir mulai mengincar anggota tubuh mereka. Sejak itu, orang Albino Tanzania hidup dalam neraka.




"Saya cemas akan nyawa anak saya. Saya tidak pernah membiarkan dia ke sekolah sendirian," cerita Samuel Miliyo.



Samuel dan putranya Molle berasal dari suku Masai. Mereka bertempat tinggal tidak jauh dari Arusha, kota di Tanzania Utara, di kaki gunung Meru dengan pemandangan indah atas padang sabana.



Siksaan

Molle, tujuh tahun dan albino, mengintip dari balik topinya. Bola matanya berputar liar untuk memejamkan mata. Sinar matahari dan cahaya tajam merupakan siksaan baginya.



"Pekan lalu beberapa laki-laki lebih tua dari saya, mendatangi dan mulai memukuli saya. Mereka mencaci maki dan menyebut saya mzungu, orang putih," ujar Molle.



Molle ketinggalan di sekolahnya. Karena penglihatannya buruk, ia hampir tak mampu membaca. Ayahnya tidak punya uang untuk membeli kaca mata.



"Guru menyebut saya 'zero-zero'. Saya tidak tahu apa yang dimaksudnya," cerita Molle.



Samuel Miliyo menyuruh putranya pergi dan berbisik: "Zero-zero berarti keturunan iblis. Belum lama ini, suku Masai membunuh bayi albino, seketika setelah lahir. Bagaimana saya bisa meyakinkan saudara sesuku bahwa saya ingin supaya putra saya tetap hidup?"



Gibson Mullen, 40 tahun, merasa dirinya bagai antilop ketakutan di padang sabana. Di kantornya di Arusha, ia menatap dari dekat nota senjata api yang baru dibelinya. Penglihatannya buruk.



"Saya harus mengeluarkan 1,4 juta shilling untuk pistol ini. Saya belum mampu melunasinya. Kami, orang Albino, harus menjaga diri baik. Kalau tidak, tubuh bisa dipotong-potong," ujar Gibson Mullon.



Untuk orang albino, Afrika merupakan kutukan.
 
 
Dipotong-potong


Lapisan tebal semen menutupi makam seorang albino di Arusha yang belakangan meninggal dunia. Langkah ini diambil untuk mencegah agar jenazahnya tidak digali dari kuburan dan dipotong-potong.



Gibson menceritakan bagaimana lebih dari 70 albino Tanzania dibunuh 14 bulan belakangan. Anggota tubuhnya dipakai untuk kegiatan sihir.



Albino adalah orang biasa. Mereka punya kekurangan dan bisa berpikir selayaknya manusia. Albino kekurangan pigmentasi kulit. Pigmentasi melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet. Hal ini masih harus sering dijelaskan di Afrika, yang warganya masih percaya takhyul-takhyulan.



Sinar matahari membuat kulit orang albino terbakar dan bisa menyebabkan kanker. Mata mereka yang sudah buruk itu, tidak tahan sinar matahari tajam. Tabir surya dan kaca mata akan bisa sangat membantu. Tapi sekitar 170 ribu albino Tanzania tak mampu membayarnya.



Di masa lampau orang albino sudah hidup dalam situasi sulit akibat kepercayaan takhyul. Tapi sejak beberapa tahun, tukang sihir mulai mengincar anggota tubuh mereka. Dan sejak itu mereka hidup dalam neraka.



Mkombozi Omari adalah kepala Organisasi Dokter Tradisional Tanzania. Apakah ia juga memotong-motong albino?




Nyawa albino Tanzania terancam.

Foto: Njoroge Kombo

Sihir

"Ada dokter yang memakai obat-obatan tradisional yang dibuat dari rempah-rempah, dan ada tukang sihir. Saya yang pertama," jawabnya.



Dokter yang memakai obat-obatan tradisional tahu rahasia tumbuhan liar dan fungsinya untuk menyembuhkan. Sup ayam dan wortel membuat perempuan subur, sekaligus obat kuat laki-laki. "Kami tidak pernah memakai anggota tubuh manusia," jamin Omari.



Di Afrika, pengobatan tradisional punya daya tarik besar. Diperkirakan lebih dari separuh warga Afrika meminta nasehat kepada dokter tradisional. Mereka tidak memanfaatkan pengobatan modern. Membingungkan di mana letak batas antara pengobatan tradisional dan kegiatan sihir.



Omari punya ramuan yang bisa mendatangkan keberuntungan, misalnya untuk ujian, lamaran menikah dan spekulasi di pasar bursa.



"Kalau mengoles ramuan yang terbuat dari sari wortel di dahi, majikan akan memberikan kenaikan gaji, kalau anda memintanya. Tapi anda harus percaya dalam kekuatan sang Maha Kuasa. Kalau tidak, maka tidak membawa hasil yang diinginkan," kata Omari.



Masih misteri siapa pelaku di balik gelombang pembunuhan albino. Sekitar 40 tersangka mendekam di penjara. Belum satu pun diadili.



"Ini tidak lebih dari keserakahan," ujar seorang pengacara. "Beberapa penjahat mengambil keuntungan besar dari kegiatan ini. Mereka memerintahkan pembunuhan, menjual ramuan ke tukang sihir, yang kemudian menjualnya lagi dengan harga tinggi ke pencari keuntungan."




Pemerintah Tanzania, yang sangat dipermalukan akibat pembunuhan primitif, belakangan ini mengangkat seorang albino sebagai anggota parlemen. Ini sebagai bukti, mereka berniat memerangi kegiatan sihir yang menggunakan anggota tubuh manusia.

Tidak ada komentar: