Senin, 30 Agustus 2010

Mongolia Gelar Rapat Kabinet di Gurun Pasir

Sejumlah meja dan kursi dipasang. Beberapa orang memakai topi bertuliskan "Selamatkan Planet Kita" sambil mencatat dan mendengarkan rekan mereka berbicara. Situasi ini terjadi di sebagian wilayah gurun pasir Gobi, akhir pekan lalu.


Mereka bukanlah turis, melainkan para tinggi Mongolia. Di tengah terik panas, 12 menteri rupanya menggelar rapat di gurun pasir Gashuunii Khooloi, yang terletak 670 km dari selatan Ibukota Ulan-Bator, Jumat 27 Agustus 2010.

Mereka sengaja menggelar rapat di gurun pasir sebagai aksi simbolis atas keprihatinan mereka terhadap perubahan iklim yang kian terasa di muka bumi. Sambil berpakaian setelan dan dasi, mereka tiba di lokasi setelah menempuh perjalanan selama 15 jam.

Penyelenggara kemudian menancapkan bendera nasional sambil menata sejumlah meja dan kursi. "Mongolia merasakan dampak perubahan iklim global," kata Perdana Menteri Batbold Sukhbaatar setelah memimpin rapat yang berlangsung selama satu jam.

Dia memberi contoh bahwa akhir-akhir curah hujan di Mongolia berkurang. Suhu udara yang kian bertambah membuat banyak sungai jadi kering. Itu bila di musim panas.

Saat musim dingin, Mongolia menjadi luar biasa dingin. Rakyat negara yang bertetangga dengan China itu baru saja mengalami musim dingin terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Selain itu, seperlima dari total ternak di Mongolia mati.

Maka, sebagai empati kepada rakyat, para pejabat menggelar rapat di gurun pasir. Mereka bisa merasakan langsung dampak perubahan iklim. Para pejabat pun bertekad untuk terus mendukung kampanye global dalam mengatasi perubahan iklim dengan mempromosikan pola hidup yang ramah lingkungan.

Aksi unik para pejabat Mongolia ini mengikuti langkah yang dilakukan sejumlah negara. Pada Desember tahun lalu, pemerintah Nepal menggelar rapat di Gunung Everest dengan mengusung tema bahaya pemanasan global bagi mencairnya es di pengunungan itu, yang dapat mengancam negara mereka.

Dua bulan sebelumnya, Oktober 2009, para pejabat Maladewa menggelar rapat di bawah laut. Itu merupakan bentuk keprihatinan atas nasib wilayah mereka yang terancam tenggelam akibatnya naiknya permukaan air laut.

Tidak ada komentar: