Biasanya ketika menonton Indonesia Mencari Bakat (IMB) yang ditayangkan  salah satu stasiun tv swasta, saya lebih memerhatikan penampilan peserta  berbakat dari bidang musik ketimbang dari bidang lain. Tapi ketika  menyaksikan salah satu episode IMB belum lama ini, saya sempat terpana  di depan layar televisi saat seorang peserta bernama Brandon de Angelo  tampil melaksanakan tugas yang diberikan juri. Bukan, saya terpana bukan  karena sedang mengagumi gerakan tariannya yang saat itu justru tidak  selucu biasanya. Jadi, karena apa?
Adalah potongan lagu pengiring  tariannya Brandon dalam episode itu yang menarik perhatian saya. Saya  sampai terpana, bahkan tertegun beberapa detik sambil merasa prihatin.  Mungkin jika didengarkan sambil memerhatikan gerakan-gerakan tari  Brandon, kita tidak merasakan ada yang aneh dengan lagu bertajuk Hot in  Herre-nya Nelly yang digunakannya itu. Tapi, coba perhatikan petikan  lirik yang diusungnya. 
(Suara cowok) Its gettin hot in here, so hot. So take off all your clothes. 
(Suara cewek) I am gettin so hot, I wanna take my clothes off.  
Bagaimana?  Menurut saya, dari sepotong lirik itu saja sudah menunjukkan bahwa lagu  tersebut kurang pantas digunakan untuk mengiringi penampilan seorang  anak kecil berusia 8 tahun seperti Brandon. Apalagi ia tampil dalam  acara televisi yang disiarkan mulai jam 19.30, yang notabene masih  merupakan jam tayang acara untuk keluarga (di bawah pukul 22.00). 
Masih kurang yakin soal pantas tidaknya lagu yang diambil dari album Nelly berjudul Nellyville (2002) itu? Lanjutkan dengan menyimak liriknya secara lengkap.  Di dalamnya, tidak akan sulit menemukan kata-kata lain yang lebih  vulgar dari cuplikan di atas tadi yang tidak perlu saya cantumkan di  sini satu per satu. Bahkan Recording Industry Association of America  (RIAA) atau semacam asosiasi industri rekaman di Amerika sampai  memberikan label “Parental Advisory Explicit Content” terhadap album  tersebut. Itu adalah semacam peringatan kepada pembeli bahwa album  tersebut memiliki konten vulgar atau tidak sopan sehingga penggunaannya  harus di bawah pengawasan atau bimbingan orang tua. Peringatan soal  konten vulgar semacam itu juga muncul ketika kita hendak membeli album  atau lagu tersebut secara online, seperti via iTunes atau Amazon.com.
Jadi, lagu yang sudah dicap vulgar di negara asalnya malah bisa leluasa  muncul di acara televisi di sini pada jam keluarga yang bisa ditonton  oleh anak kecil dan remaja? Ya, begitulah yang terjadi. Dan rasanya  kejadian semacam itu bukanlah yang pertama kali di layar kaca kita.  Tidak menutup kemungkinan dalam acara lain, baik dari stasiun tv yang  sama maupun stasiun tv lain juga pernah dan akan seperti itu juga jika  masih belum ada kesadaran dari pihak pengelola televisi untuk mengawasi  isi tayangannya hingga ke soal lirik dari lagu yang ikut ditayangkan. 
Sepertinya,  selama ini kita (atau tepatnya petugas dari lembaga terkait) masih  lebih sibuk mengawasi konten berbentuk visual yang tampil di layar  televisi. Sementara pengawasan untuk musik, terutama lirik lagu, yang  digunakan masih belum tampak pelaksanaannya. Padahal untuk urusan  vulgar, tidak selalu berwujud gambar. Lirik sebuah lagu juga tidak lepas  dari pengaruh unsur itu. 
Meskipun dibutuhkan, namun sebenarnya  bentuk pengawasan terhadap penggunaan lagu yang sesuai lirik di dalamnya  tidak perlu langsung berupa pelarangan atau pemblokiran. Mengharuskan  pihak terkait agar selalu memerhatikan lirik atau label peringatan dari  sebuah lagu sebelum memanfaatkannya dalam sebuah tayangan di layar kaca,  rasanya itu sudah cukup sebagai permulaan yang baik. Atau, punya usul  lain?
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar