|  | 
Setahun Sekali Minta Tumbal
Kutacane  – Misteri gaib menyelimuti  kawasan Sei Alas. Menurut paranormal,  penunggu sungai berarus deras ini  meminta nyawa manusia sebagai tumbal,  setahun sekali. Termasuk empat  mahasiswa yang jadi korbannya kemarin.
Tim  Pencari yang terdiri dari Divisi SAR Aceh Tenggara, Pos SAR  Kutacane  dari Basarnas, Tagana Depsos serta Team EKI warga Ketambe  terpaksa  meminta pendapat dan petunjuk kepada para normal.
Salah  seorang para normal di Desa Mentedak yang tak mau namanya  ditulis  menyebutkan, tim pencari tidak usah menyisir sepanjang Sungai  Alas.  Cukuplah memusatkan konsentrasi antara Desa Mendabe, Kecamatan   Babussalam hingga Desa Laing Pangi, Kecamatan Lawe Alas.
Menurut  paranormal tersebut, korban tersangkut di sekitar daerah itu,  sehingga  masih sulit ditemukan. Pasalnya jasad sang mahasiswa berada di  bawah  arus air, yang saat ini sedang keruh akibat hujan turun beberapa  hari  terakhir.
Sedangkan  salah seorang paranormal lain yang ditemui Metro Aceh tak  jauh dari  lokasi kejadian mengatakan, belum ditemukannya jenazah Adi  Syahputra  (23) lantaran tubuh mahasiswa Asyafiah, Jakarta tersebut  sedang ditawan  jin penunggu Sungai Alas. “Tubuhnya lagi ditawan, mungkin  sebentar  lagi akan ditemui,” ujarnya paranormal yang juga menolak  namanya  disebutkan.
Sementara  pada sisi lain, sejumlah warga ditemui Metro Aceh  mengatakan, bahwa  Sungai Alas setiap tahun memakan korban. Baik itu  penduduk setempat  maupun pendatang, yang jelas setiap tahun ada korban  yang dinyatakan  meninggal karena hanyut.
Menurut  catatan Divisi SAR Aceh Tenggara, korban terus berjatuhan di  Sungai  Alas, meskipun tidak dapat ditentukan bulannya kapan. ,Namun yang  pasti  setiap tahun ada jatuh korban dan ini tergantung situasi alam,  jelas  Ir Juanda Sodo selaku Ketua Divisi Rescue SAR Aceh Tenggara.
Kalau  alam lagi tidak bersahabat, bukan satu dua orang yang jadi  korban,  bahkan terkadang lebih dari tiga orang dalam setahun. Tidak  tertentu  orang mana serta pekerjannya apa.
“Orang  yang sedang memancing juga ada tewas karena hanyut. Tapi kita  tidak  bisa berasumsi apakah sungai alas setiap tahun meminta tumbal atau   memang ada penunggunya, kata Juanda mengakhiri. (amn)Rakyataceh.com
Mahasiswa STIK Tewas di Sungai
KUTACANE – Yusrizal (29), warga Sukaramai (Blower) Banda Aceh yang merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh, ditemukan tewas setelah diseret arus Sungai Alas di Desa Pedesi, Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara (Agara), Minggu (14/6) pagi. Korban bersama tiga temannya sesama mahasiswa datang ke Ketambe, Agara, sejak Mei lalu untuk riset orangutan.
Saat ditemukan pagi kemarin, kulit kepala korban sobek sangat lebar, wajah kanan lembam, pergelangan tangan luka-luka, dan kedua tempurung lulutnya lecet. Sedangkan, seorang korban lainnya, Adi Saputra, asal Meulaboh, yang merupakan mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Jakarta belum ditemukan di lokasinya tenggelam hingga kemarin sore.
Yang berhasil selamat dari musibah itu adalah Reinir, warga Banda Aceh yang juga mahasiswa STIK dan Fahrulrahman, mahasiswa Unas Jakarta, warga Desa Ulee Rubek Barat, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Diperoleh informasi bahwa keempat mahasiswa itu melakukan riset di Ketambe. Saat menyeberang, perahu yang mereka tumpangi karam. Lalu, Yusrizal dan Adi Saputra terseret arus Sungai Alas. Hanya Reinir dan Fahrulrahman yang berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi sungai.
Pada Minggu (14/6) pagi, seorang pencari ikan di Sungai Alas Desa Pedesi menemukan sesosok mayat dalam kondisi telentang. Belakangan mayat itu diidentifikasi sebagai mayat Yusrizal. Pantauan Serambi, suasana di lokasi penemuan mayat yang semula sepi, sontak berubah menjadi ramai. Tempat itu berjarak sekitar 1 kilometer dari permukiman warga. Masyarakat dari berbagai penjuru di kawasan itu pun berdatangan menyaksikan mayat yang terdampar di tepi Sungai Alas. Mereka ingin memastikan apakah mayat tersebut merupakan pihak keluarga mereka atau bukan.
Tak lama kemudian, polisi memastikan bahwa mayat itu adalah Yusrizal, mahasiswa asal Banda Aceh. Warga setempat pun mulai tenang. Polisi kemudian membawa mayat korban pakai tandu, selanjutnya diangkut naik mobil ambulans Polres Agara. Mayat tersebut dibawa ke RSU Sahuddin Kutacane untuk divisum. Ciri-ciri mayat tersebut postur tubuhnya kurus, tinggi, kulit putih, mengenakan baju lengan panjang hitam campur kuning dengan tulisan di bagian depan Italy Lotto dan bercelana pendek warna coklat. Di leher kanan korban terdapat tahi lalat.
Beli rokok
Reinir, mahasiswa yang selamat dari musibah itu, kepada Serambi mengaku pada saat kejadian mereka sedang menyeberang sungai pada hari Sabtu (13/6) sekitar pukul 08.30 WIB menggunakan perahu menuju Desa Ketambe. Tujuannya untuk membeli rokok dan perlengkapan lainnya.
Usai membeli kebutuhan itu, sekitar pukul 21.30 WIB mereka berempat kembali ke lokasi riset. Tiba-tiba saat menyeberang sungai, perahu yang mereka naiki terbalik akibat terputus talinya. Saat itu dua rekannya, Yusrizal dan Adi Saputra, langsung terseret arus. Sedangkan, Reiner bersama Fahrulrahman cepat-cepat melepaskan pegangan dari perahu dan langsung menepi ke pinggir sungai.
Menurut Reiner, sejak pertengahan Mei 2009 mereka melakukan riset orangutan di Ketambe. Saat ditanya, mengapa nekat pergi menyeberang sungai tanpa pemandu (joki), dia menjawab bahwa mereka sudah meminta izin pada pimpinan riset. Reiner sendiri mengaku tahu bahwa arus Sungai Alas yang bermuara ke Aceh Singkil itu, sangat deras. “Tapi ya sudah musibah, mau bilang apa,” ujarnya pasrah.
Kapolres Aceh Tenggara, AKBP Drs Arsyad KH melalui Kapolsek Bambel, Ipda Ichsan, mengatakan belum bisa memastikan apakah korban tewas akibat terbawa arus Sungai Alas atau sebab lain. Menurutnya, polisi masih menyelidiki penyebab tewasnya mahasiswa yang sedang riset itu sambil menunggu hasil visum dari RSU Sahuddin Kutacane. Selain itu, pencarian terhadap satu mahasiswa lagi yang, menurut teman-temannya, tenggelam, masih terus diintensifkan hingga kemarin siang.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar