Dia yang mengisi seperempat bagian pertama
kehidupannya dengan pikiran yang penuh cinta kasih,
demikian juga bagian yang kedua, ketiga, dan keempat;
sama seperti dia meliputi seluruh dunia di atas, di bawah,
di sekelilingnya, di mana-mana, dalam segala hal, dengan
suatu pikiran yang penuh cinta kasih yang menjangkau
jauh, tersebar luas, tak terukur, tanpa rasa permusuhan/
kebencian, tanpa maksud buruk.
Buddha
Untuk dapat meninggal dengan baik kita harus hidup dengan baik. Jika kita telah hidup dengan baik kita akan dapat meninggal dengan baik. Kita dapat pergi dengan damai, puas karena kita telah melakukan apa yang dapat kita lakukan, bahwa sepanjang masa kita telah menyebarkan pengertian dan kebahagiaan, bahwa kita telah hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan komitmen kita terhadap rasa cinta dan kasih sayang yang ideal.
Cinta adalah pengertian. Cinta tidak menghakimi maupun menuduh. Cinta mendengarkan dan memahami. Cinta peduli dan simpati. Cinta menerima dan memaafkan. Cinta tidak mengenal batas. Cinta tidak mendiskriminasi dan berkata: Saya dari aliran Theravada dan kamu dari Mahayana atau Tibet. Cinta tidak berkata: Saya orang Buddhis dan kamu orang Kristen, Muslim, Hindu. Atau saya orang Cina; kamu orang Melayu, India, Eurasia. Atau aku orang timur dan kamu orang barat; atau aku dari Malaysia, kamu dari Jepang, Amerika, Birma, Thai dan seterusnya.
Cinta melampaui semua batasan. Cinta melihat dan merasakan bahwa kita semua adalah satu suku, yaitu suku manusia. Air mata kita adalah sama; rasanya asin, dan darah kita semua berwarna merah. Ketika ada cinta dan kasih sayang semacam ini, kita dapat berempati dengan makhluk hidup lainnya. Kita dapat melihat bahwa kita mengendarai kapal yang sama di atas lautan kehidupan yang penuh ombak dan badai. Kita adalah sesama penderita dalam samsara, lingkaran kelahiran dan kematian yang tidak ada habisnya. Kita semua adalah saudara.
Ketika kita dapat melihat dan merasakan ini, maka semua batasan suku, agama, ideologi dan lain-lain akan runtuh. Kita dapat muncul dengan hati yang penuh dengan cinta yang murni. Kita dapat mengerti dan merasakan penderitaan orang lain. Rasa kasih sayang akan berkembang dan memenuhi dada kita. Dan dalam semua perkataan maupun perbuatan kita, cinta dan rasa prihatin tersebut akan timbul. Hal ini sangatlah menghibur dan menyembuhkan, dan merupakan hal yang sangat berguna bagi kedamaian dan pengertian.
Seorang manusia dan seekor kalajengking
Cinta berjalan seiring dengan kasih sayang. Jika kita memiliki hati yang penuh rasa cinta, kasih sayang mudah sekali timbul dalam diri kita. Ketika kita melihat seseorang menderita, muncul suatu dorongan untuk membantu meringankan penderitaan orang tersebut. Kasih sayang menimbulkan perasaan ingin meringankan penderitaan. Ini dapat dirasakan terutama ketika kita bertindak secara spontan untuk menghilangkan atau meringankan penderitaan orang lain.
Ada sebuah cerita di sini yang dapat membantu menjelaskan hal ini:
Seorang manusia melihat seekor kalajengking tenggelam di sebuah kubangan air. Suatu dorongan untuk menolong muncul secara spontan dalam hati manusia tersebut, dan tanpa ragu dia mengulurkan tangannya, mengangkat kalajengking tersebut dari kubangan air, dan meletakkannya di tanah yang kering. Namun kalajengking itu kemudian menggigit sang penolong. Dan karena ingin menyeberang jalan, kalajengking menghentikan langkahnya dan langsung menuju ke kubangan air itu lagi! Melihat kalajengking itu menggapai-gapai dan tenggelam lagi, manusia tadi mengangkatnya kembali untuk kedua kalinya dan lagi-lagi kena gigitan kalajengking tersebut. Orang lain yang datang dan melihat semua hal yang telah terjadi tersebut berkata kepada manusia itu: ?Mengapa kau begitu bodoh? Sekarang lihatlah, kau telah digigit tidak hanya satu kali melainkan dua kali! Sangatlah bodoh berusaha untuk menyelamatkan seekor kalajengking.? Manusia tadi menjawab: ?Aku tidak berdaya. Kau lihat, sifat alami kalajengking memang menggigit. Tetapi sifat alamiku adalah menolong. Aku tidak dapat berbuat apa-apa selain berusaha menyelamatkan kalajengking itu.?
Benar, manusia dapat menggunakan kepandaiannya untuk menggunakan tongkat atau sesuatu untuk mengangkat kalajengking itu. Tetapi kemudian dia mungkin berpikiran lain bahwa dia dapat mengangkat kalajengking itu dengan tangannya sedemikian rupa sehingga tidak digigit. Atau dia mungkin berpikir bahwa seekor kalajengking dalam keadaan yang gawat tidak akan menggigitnya. Apapun yang mungkin terjadi, isi dari cerita ini adalah respon spontan dari orang yang ingin menyelamatkan sesama makhluk hidup, walaupun itu hanyalah seekor serangga. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang penuh cinta kasih, walaupun dia menerima perlakuan yang tidak berterima kasih dari orang yang telah ditolongnya, hal itu tidak berarti apa-apa baginya. Karena sifat alaminya memang penolong, jika dia dapat menolong, dia akan melakukannya. Dia tidak tahu bagaimana menyimpan rasa sakit hati atau dendam!
Oleh karena itu, kasih sayang adalah bahasa hati. Pada saat kita dimotivasi oleh rasa cinta dan kasih sayang, kita berusaha menolong tanpa diskriminasi suku, agama atau kewarganegaraan dari orang lain. Di bawah pancaran cahaya kasih sayang, perbedaan suku, agama, dan lainnya menjadi hal nomor dua; mereka tidaklah penting. Lebih jauh lagi, kasih sayang seperti itu tidak hanya berlaku bagi manusia tetapi juga bagi seluruh makhluk hidup termasuk binatang dan serangga. Sejalan dengan tema kasih sayang sebagai bahasa hati di atas, aku ingin berbagi sebuah puisi sebagai berikut:
BAHASA KASIH
Mahayana Theravada Vajrayana
Kristen Buddhis Muslim Hindu
Melayu Cina India Eurasia
Malaysia Jepang Amerika Afika
orang kulit putih, hitam, kuning, coklat
dan seterusnya dan seterusnya
sesukamu.
Apa masalahnya?
Bahasa kasih
adalah bahasa hati!
Ketika hati sudah berbicara
seribu kuntum bunga kan bermekaran
dan cinta pun kan mengalir
bagai cahaya mentari pagi
memancar menembus kaca jendela.
Tak perlu kata-kata
suatu pandangan, sentuhan
sudahlah cukup
untuk mengatakan
apa yang tak dapat dikatakan oleh seribu kata.
Dan Kasih Sayang kan bersinar
bagaikan sebuah bintang cemerlang
dalam kelamnya langit malam.
Seluruh batasan kan runtuh
ketidakadilan kan tergoyahkan
Kemenangan kan diperoleh kembali
Cinta dan Kasih Sayang
kan mengalahkan seluruh ketakutan dan keraguan
menyembuhkan luka
dan bertahta kembali.
Menurutku, jika kita berusaha menanamkan rasa cinta dan kasih sayang seperti ini, maka ketika tiba saat kematian kita, kita akan dapat pergi dengan damai. Bahkan meskipun kita tidak berhasil secara sempurna (100%) untuk mencintai, kita tetap dapat berbahagia dan berpuas hati karena setidaknya kita telah berusaha. Dan yang pasti, kita akan dapat berhasil mencapai tahap tertentu.
KE LIMA SILA
Jika kita telah berusaha menanamkan jenis cinta seperti ini, maka tidaklah terlalu sulit untuk melaksanakan ke lima sila dasar. Sila pertama, seperti yang kita ketahui, adalah tidak membunuh, tidak merampas kehidupan siapapun bahkan kehidupan milik seekor binatang maupun serangga. Ini adalah suatu sila yang indah. Ini berarti kita menghormati kehidupan. Bukan saja kita menghormati kehidupan, kita juga memberikan sebuah hadiah yang sangat berharga. Ketika kita melaksanakan sila ini kita akan menjadi orang yang lebih baik. Tidak saja kita menahan diri dari membunuh, kita juga menahan diri dari melukai setiap makhluk hidup.
Benar, dalam dunia yang tidak sempurna ini di mana yang kuat mengintai yang lemah, pembunuhan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Kita dapat melihatnya dalam dunia binatang, bagaimana harimau memangsa rusa, ular memangsa katak, katak memakan lalat, burung memakan cacing, dan ikan besar memakan ikan kecil. Dan kita manusia juga membunuh binatang dan ikan dan bahkan saling membunuh sesama kita, manusia. Tetapi di sini kita tidak bermaksud untuk menghakimi atau menuduh. Kita mengerti ketidak-sempurnaan kita sebagai manusia dan sifat alami dari segala sesuatu yang tidak sempurna. Sang Buddha juga memahami hal ini. Beliau berkata ketika kita telah dapat menyucikan pikiran dan mencapai Nibbana, maka kita akan dapat menghindari kehidupan yang tidak sempurna ini, siklus kelahiran dan kematian ini. Kitalah yang menentukan apakah hal tersebut dapat terwujudkan atau tidak. Ketika kita telah berhasil membersihkan pikiran kita dari keserakahan, kebencian dan kebodohan, kita pasti akan mengetahui dengan mengalami sendiri, apakah Sang Buddha mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Sampai saat itu, aku percaya bahwa aku tidak dapat berbuat sesuatu yang lebih baik daripada mengikuti jalan Sang Buddha, jalan menuju kesucian pikiran.
Kita masing-masing harus menjalani jalur kita sendiri dalam menuju kemajuan. Marilah kita semua berusaha melaksanakan sila pertama tersebut semampu kita; kita tidak boleh membunuh; kita harus menyelamatkan kehidupan, bahkan memberikan kehidupan.
Sila kedua adalah tidak mencuri atau berbuat curang, tidak mengambil apapun untuk tujuan yang tidak jujur. Kita adalah orang?orang yang jujur dan kita akan mencari nafkah dengan cara yang jujur. Ada sejumlah orang yang berpendapat bahwa orang jujur tidak akan mampu memperoleh kesuksesan atau menjadi kaya. Aku tidak setuju dengan hal ini. Aku yakin ada banyak orang jujur yang berpegang pada prinsip mereka dan sukses. Bahkan mereka dapat menikmati kebahagiaan yang tercipta oleh kesadaran yang jernih dan pikiran yang damai. Di lain pihak, mereka yang berbuat curang sering diekspos dan pada akhirnya mereka pun akan dihukum juga. Bahkan walaupun mereka berhasil lari dari penangkapan, mereka akan tetap menderita karena perasaan takut akan ketahuan dan timbulnya rasa bersalah; dan ketika mereka meninggal, penderitaan di kelahiran baru yang sangat buruk dan menyedihkan sudah menunggu mereka. Karena itu, kejujuran telah menjadi dan akan selalu menjadi prinsip yang terbaik. Jangan mendengarkan mereka yang berkata sebaliknya. Orang yang jujur dapat menjadi lebih sukses. Walaupun kita harus menghadapi kesulitan yang lebih besar, kita tidak akan berbuat curang untuk mencapai keberhasilan. Kita lebih memilih menjadi jujur dan miskin, daripada menjadi kaya tapi curang. Tidak ada yang lebih menggembirakan daripada suatu kesadaran yang jernih, terutama pada saat ketika kita sedang menghadapi kematian.
Sila ketiga adalah bertanggung jawab dalam hal seksual. Jika dua orang menganggap hubungan mereka serius, saling bertenggang rasa, mencintai dan saling setia, maka cinta mereka telah diresmikan. Tidak ada pihak ketiga yang dapat masuk di antara mereka. Tanggung jawab seksual sangatlah penting. Karena tidak adanya rasa tanggung jawab, banyak orang yang menjadi korban. Para mucikari menghancurkan hidup gadis-gadis muda; dan para lelaki yang dikalahkan oleh nafsu birahinya adalah pelaku perbuatan buruk tersebut. Namun di sini kita tidak ingin menghakimi, melainkan memohon demi cinta dan kasih sayang sejati. Sungguh, jika kita dapat menyucikan pikiran kita dan mengontrol nafsu kita, akan ada lebih sedikit penderitaan dan eksploitasi di dunia ini. Dan penyakit AIDS yang sangat ditakutkan dan telah menjadi penyebab penderitaan besar bagi dunia juga dapat ditanggulangi.
Sila keempat adalah tidak berbohong tetapi berkata yang sebenarnya. Sekali lagi, jangan mendengarkan orang-orang yang berkata bahwa seseorang tidak dapat berhasil tanpa berbohong atau memberikan penampilan yang palsu. Kebenaran adalah salah satu dari ke sepuluh parami (kesempurnaan) yang dipegang kuat oleh seorang bodhisatta(seseorang yang berjuang untuk mencapai keBuddhaan).
Seluruh pemeluk agama Buddha harus mengembangkan parami mereka sampai pada tahap tertentu pula jika mereka ingin mencapai tingkat arahat ? pelepasan dari lingkaran kelahiran dan kematian. Sang Buddha ingin agar kita benar-benar jujur sehingga Beliau menekankan agar kita juga tidak berbohong walaupun hanya dalam bercanda. Jadi kita harus berusaha sebaik mungkin dalam memegang sila untuk tidak berbohong ini. Terlebih lagi, walaupun kita mungkin tidak menginginkannya, reputasi seseorang yang jujur mau tidak mau akan tersebar luas. Bahkan orang-orang yang berusaha menjelek-jelekkannya pada akhirnya juga harus mengaku kalah dan memberikan hormat kepadanya.
Sila kelima adalah tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obat terlarang karena mereka dapat mengacaukan pikiran, selain juga berakibat buruk pada tubuh. Beberapa orang berpikir bahwa sila ini memperbolehkan acara minum kecil-kecilan untuk bersosialisasi tetapi aku tidak berpendapat begitu. Sang Buddha tidak menginginkan kita untuk mempertaruhkan kesadaran kita karena dapat menyebabkan kita mempertaruhkan sila-sila lainnya.
Selain itu, alkohol sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Mengenai obat-obatan kita semua setuju bahwa obat-obat keras seperti heroin patut disingkirkan. Namun beberapa orang menganggap menghisap rokok mungkin tidak termasuk dalam sila ini. (Pada masa Sang Buddha,tembakau jelas belum ditemukan). Bagaimanapun juga, pada masa sekarang ini di mana pihak medis sudah banyak membuktikan bahaya yang disebabkan oleh tembakau dan usaha-usaha pemerintah di seluruh dunia untuk melarang atau membatasi pemakaiannya, kita dapat dengan yakin berkata bahwa jika Sang Buddha masih hidup sekarang, Beliau juga akan dengan keras melarang kita merokok; karena Beliau tidak ingin kita mempertaruhkan kesehatan fisik kita, Beliau juga tidak ingin kita menjadi ketagihan terhadap obat yang terbukti berbahaya walaupun kadarnya hanya sedikit.
Ada banyak lagi yang dapat dikatakan mengenai kerusakan hebat yang telah disebabkan oleh alkohol dan tembakau terhadap masyarakat, tetapi tujuan kita di sini bukanlah untuk membicarakan hal tersebut karena akan dapat terus berlanjut menjadi suatu diskusi yang panjang mengenai masalah tersebut. Cukuplah dikatakan bahwa karena pandangan kita sendirilah sehingga acara minum kecil-kecilan untuk bersosialisasi dan merokok dapat mengurangi semangat jiwa sila kelima ini. Lebih baik menghentikan semuanya, terutama alkohol, setelah memberikan pertimbangan yang cukup pada kata-kata Sang Buddha berikut ini: ?Para bhikkhu, mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan ketika sedang berlatih, mengembangkannya, dan melakukannya secara berulang-ulang, akan menyebabkan seseorang dilahirkan di neraka, di dunia binatang, dan di dunia hantu kelaparan; setidaknya meskipun seseorang dilahirkan kembali sebagai manusia, hal itu akan menyebabkan dia mengalami ketidak-warasan.?
Jika kita melaksanakan ke lima sila tersebut, kita akan memberikan kebahagiaan dan rasa aman pada orang lain. Bagaimana bisa? Karena tidak ada orang yang perlu mengkuatirkan kita. Mereka tidak perlu takut karena kita. Mereka dapat merasa sangat aman dan nyaman dengan kita. Karena mereka yakin bahwa kita tidak akan menyakiti mereka, mencuri dari mereka, maupun berbuat curang pada mereka. Kita tidak akan melakukan hubungan gelap dengan pasangan mereka. Kita tidak akan membohongi mereka. Dan terlebih lagi, jika kita tidak minum minuman keras maupun merokok, mereka tidak perlu kuatir anak-anak mereka akan mengikuti kebiasaan kita untuk minum minuman keras atau merokok, atau bahaya karena mereka menghisap asap rokok kita. Mereka akan dapat mempercayai kita, karena kita tidak minum minuman keras sama sekali. Kita adalah orang yang religius dan berpegang pada jalan yang lurus dan terbatas. Kita bukanlah orang yang berbahaya. Mereka yang sangat mendambakan kesenangan sensual mungkin berpikir bahwa kita menjalani kehidupan yang sangat membosankan dan kita orang yang bodoh. Tetapi itu tidak masalah. Kita bahagia pada diri sendiri. Kita bahagia apa adanya. Dan sejujurnya, kita akan dipuji oleh mereka yang bijaksana.
Jadi adalah baik ketika kita dapat mempertahankan ke lima sila dasar tersebut. Lebih lanjut lagi jika kita mempraktekkan kemurahan dan kebaikan hati. Kita peduli dan kita berbagi semampu kita. Kita juga menanamkan kesadaran penuh seperti yang dianjurkan oleh Sang Buddha. Kita berusaha untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Kita bermeditasi untuk lebih mengerti sifat alami kehidupan kita, segala karakteristiknya, yaitu tidak-kekal, penuh penderitaan dan tanpa inti. Dengan demikian ketika kita telah melakukan semuanya, ketika kita telah menjalani hidup dengan baik, apa lagi yang harus kita takutkan ketika kita mati? Penyesalan apa yang akan kita miliki?
Karena itulah dikatakan bahwa untuk meninggal dengan baik kita harus hidup dengan baik pula. Dan bahwa ketika kita telah hidup dengan baik, kita akan dapat meninggal dengan baik. Kita dapat pergi dengan damai, karena merasa puas dan lega bahwa kita telah melakukan apa yang dapat kita lakukan. Benar, kita mungkin telah berbuat salah dalam perjalanan hidup kita. Tetapi manusia mana yang tidak berbuat salah? Jadi sebelum kita belajar dan menjadi lembut hati, kita mungkin telah melakukan beberapa perbuatan jahat. Hal itu dapat dimaklumi, karena kita semua tidaklah sempurna. Tetapi yang penting, setelah kita menyadari kesalahan kita, kita harus mulai menanamkan rasa cinta dan kasih sayang, kita harus mulai menjaga sila-sila dan menyucikan pikiran kita. Kita patut berbahagia karena kita memperoleh kesempatan untuk berubah ke jalan yang benar. Seperti ungkapan, ?lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?. Kita mungkin tiba lebih lambat dari
yang lain, tetapi setidaknya kita tetap sampai tujuan.
YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM MAJJHEKALYANAM PARIYOSANAKALYANAM TI
Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar