Nagari Badusanak, Saiyo Sakato 
Keinginan komunitas masyarakat pesisir di Kota Sibolga untuk mengganti   slogan Kota Sibolga dengan berbahasa pesisir “Siboga Nagari Badusanak,   Saiyo Sakato“ menjadi topik pembicaraan hangat di masyarakat Kota   Sibolga akhir akhir ini.
Menurut peta budaya Propinsi Sumatera 
    Utara etnis pesisir yang berada di Sibolga dan Tapanuli Tengah   merupakan salah satu dari delapan etnis yang diakui di Provinsi Sumatera   Utara. Sibolga dan Tapteng mempunyai budaya pesisir yang mencakup adat   istiadat, kesenian, bahasa pesisir dan makanan khas pesisir termasuk   kue-kue (Juada bahasa pesisir-red) yang berbeda dengan etnis lainnya.
Hal itu disampaikan oleh ketua umum pengurus pusat (PP) Lembaga Budaya   Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara (LBPPB-SU), Radjoki Nainggolan MA   kepada METRO di Sibolga, Sabtu (9/4). Dan menyatakan daerah pesisir   Sibolga sudah sepantasnya memiliki slogan dengan berhasa pesisir sebagai   jati diri masyarakat setempat.
“Slogan Sibolga Negeri Berbilang Kaum diwacanakan berkisar delapan tahun   silam mungkin saja dasar pertimbangan mereka kondisi Kota Sibolga pada   saat itu, dihuni banyak kaum. Namun, pada dasarnya slogan Kota Sibolga   harus digali dari 300 tahun silam, ketika mulai adanya perkampungan   Sibolga, karena melihat dari delapan tahun silam, memang semua daerah di   Indonesia dihuni berbagai kaum,” kata Master of Art lulusan  Universitas  Kebangsaan Malaysia ini, seraya menyatakan dalam kamus  bahasa Indonesia  kaum adalah Suku Bangsa, Keluarga dan Golongan.
Dikatakan, jika kita buat perbandingan mengenai “Bilangan Kaum“ di Kota   Sibolga dengan daerah lain, maka bilangan kaum di Kota Sibolga jauh   lebih kecil bila dibandingkan dengan kota atau daerah lain. Namun, di   daerah Kabupaten dan Kota yang ada di Indonesia selalu menggunakan   slogan dengan bahasa daerahnya masing-masing.
“Oleh karenanya, kami sebagai masyarakat pesisir Kota Sibolga berupaya   untuk mengembalikan slogan Kota Sibolga berhasa pesisir dengan sebutan   ‘Siboga Nagari Badusanak, Saiyo Sakato’ yang bermakna masyarakat Sibolga   saling berkaitan satu sama lain dalam kekeluargaan. Dan sebagai  langkah  untuk membiasakan masyarakat, di setiap even-even yang  dilaksanakan di  Kota Sibolga, kami melalui PP LBPPB-SU selalu memajang  spanduk di titik  strategis di Kota dengan tulisan slogan ‘Sibolga  Nagari Badusanak, Saiyo  Sakato’,” tuturnya.
Menurutnya, penggantian slogan Kota Sibolga dengan berbahasa pesisir   untuk Kota Sibolga untuk mengakomodir identitas komunitas Pesisir,   seperti yang berkembang saat sekarang ini dengan usulan slogan berbahasa   pesisiri lainnya, yakni ‘Sibolga Jolong Basusuk’, ada yang mengajukan   ‘Siboga Tigo Badusanak’ menggambarkan tiga pilar, Ulama, Umaroh dan   Rakyat, kemudian ada yang mengajukan ‘Lawi Sati Ranto Batuah’ artinya   laut yang memberikan kehidupan dan batuah dirantau.
“Terlepas dari usulan usulan tersebut di atas, sudah selayaknya Pemko   Sibolga dan para tokoh adat masyarakat pesisir Sibolga untuk   bermusyawarah dan bermufakat seperti kata pepatah pesisir, ‘Bulek Ai   Karano Pambuluh, Bulek Kato karano Mufakat’, sehingga slogan Kota   Sibolga benar benar mencerminkan Budaya Komunitas Pesisir Sibolga. Dan   diharapkan kepada seluruh elemen masyarakat untuk dapat arif menanggapi   usu;an penggantian slogan Kota Siboga dengan tidak memberikan komentar   yang dapat memprovokasi masyarakat,” tandasnya.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar